top of page
  • Geosinindo Team

Drainase Adalah Sistem Pembuangan Air, Bagaimana Cara Membuatnya?

Diperbarui: 30 Nov 2022


Drainase sistem pembuangan air

Mungkin Anda pernah bertanya; bagaimana jalanan yang sudah diguyur hujan dengan intensitas tinggi bisa kering dalam waktu singkat, atau lapangan sepak bola yang cepat mengering padahal terkena hujan deras? Hal tersebut dapat terjadi karena drainase di tempat tersebut dipasang dengan baik.

Jika sistem drainase dipasang dengan kurang baik, hal yang terjadi adalah air akan menggenang dan mulai meluap hingga ke luar daerah tersebut dan terjadi banjir. Indonesia sebagai daerah dengan curah hujan tinggi wajib memiliki saluran drainase yang tersebar di seluruh tempat karena hujan dapat terjadi kapan saja dan dalam waktu lama, sehingga peluang banjir sangat tinggi.

Lalu, bagaimana cara membuat saluran drainase yang baik? Material seperti apa yang sebaiknya digunakan?


Apa Itu Drainase?

Terdapat pendapat beberapa ahli yang mengartikan apa itu drainase. Suripin mengartikan drainase sebagai serangkaian bangunan air untuk mengurangi air yang berlebihan dari suatu lahan, tujuannya penggunaan lahan bisa optimal. Sedangkan, Halim Hasmar menjelaskan drainase sebagai ilmu pengetahuan tentang usaha mengalirkan air yang berlebihan untuk suatu tujuan.

Sementara itu, SK Menteri PU No. 233 Tahun 1987 menjelaskan saluran drainase di dalam perkotaan sebagai jaringan limpasan aliran dengan fungsi mengalirkan air yang menggenangi bagian-bagian wilayah perkotaan, baik itu dari debit air hujan maupun sebuah luapan sungai yang melewati daerah perkotaan tersebut.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa drainase merupakan suatu jaringan aliran yang berguna untuk mengalirkan air berlebih yang timbul dari hasil hujan atau luapan sungai di daerah perkotaan. Saluran drainase biasanya dipasang di konstruksi bangunan seperti rumah atau gedung perkantoran, namun bisa juga dipasang di daerah luas seperti taman, lapangan sepak bola, hingga jalan raya yang rawan tergenang air jika terjadi hujan.

Sejarah drainase bermula dari kebutuhan manusia untuk mengenali lingkungan sekitar tempat tinggal demi memenuhi kebutuhan hidup, seperti mengetahui letak aliran sungai. Nantinya, mereka akan menggunakan aliran sungai tersebut sebagai pemasok air bagi keperluan rumah tangga, pertanian, perikanan, transportasi, dan kebutuhan sosial budaya.

Namun, lambat laun karena penuhnya jumlah air yang diambil, membuat terjadinya pasokan yang berlebihan dan mengakibatkan efek negatif.

Selain itu, berbagai kegiatan manusia yang menghasilkan limbah kegiatan berupa air buangan juga dapat mengganggu kualitas lingkungan hidup. Oleh karena itu, manusia memikirkan cara untuk mengalirkan air berlebih dan limbah air hasil aktivitas ke sumber air atau tempat yang tidak tersentuh pemukiman.

Penggunaan drainase sendiri diciptakan oleh Bangsa Romawi yang membangun saluran bawah tanah untuk menampung dan membuang genangan air hujan ke badan air terdekat. Namun, saluran drainase saat itu belum dibuat dengan baik. Akibatnya, air malah sering terhambat dan menggenang. Semakin berkembangnya cara berpikir manusia dan teknologi pendukung, ilmu pembuatan drainase semakin dikembangkan untuk mendapatkan sistem drainase yang efektif.


Tujuan Pembuatan Saluran Drainase

Saluran drainase dipasang untuk mengurangi genangan air atau mengurangi volume air di daerah dengan kepadatan penduduk tinggi atau memiliki kontur tanah yang rawan longsor. Dengan begitu, daerah tersebut dapat terhindar dari efek negatif yang dapat ditimbulkan, seperti banjir atau tanah longsor hingga penyakit.

Seperti yang diketahui, genangan air dapat menjadi sarang hewan yang dapat menularkan penyakit, yaitu nyamuk demam berdarah atau bahkan serangga lainnya. Sementara itu, diperlukan waktu lama agar genangan air mengering secara alami, belum lagi jika daerah tersebut sedang mengalami curah hujan tinggi.

Selain itu, drainase juga dipasang untuk mengurangi kerusakan struktur tanah akibat pembangunan infrastruktur. Hal itu terjadi karena air nantinya akan disalurkan ke permukaan air terdekat, seperti sungai atau bahkan laut, untuk mencegah air menggenang di dalam tanah dan mengakibatkan rusaknya keadaan tanah.

Sehingga, kondisi tanah dan infrastruktur lainnya memiliki umur panjang. Risiko banjir pun bisa dicegah, begitu juga risiko tanah amblas akibat berkurangnya sumur resapan air hasil dari hujan atau limbah sisa kegiatan infrastruktur tersebut.

Drainase juga dipasang sebagai upaya konservasi sumber daya air. Air yang sudah disedot dapat ditampung di satu penampungan besar untuk didaur ulang kembali. Nantinya, air tersebut digunakan kembali untuk berbagai fungsi seperti menyiram tanaman hingga membersihkan jalan.


Apa Saja Jenis-jenis Drainase?

Dalam aplikasinya, saluran drainase memiliki empat jenis yang berbeda. Jenis-jenis drainase tersebut adalah;


1. Jenis drainase menurut fungsinya

Menurut fungsinya, drainase dibagi menjadi single purpose drainage dan multi purpose drainage. Single purpose drainage adalah saluran drainase yang dibuat hanya untuk satu fungsi saja, misalnya digunakan untuk menampung air hujan atau air limbah. Contohnya adalah sistem drainase yang ada di area publik, di mana air hujan yang menggenang akan dialirkan menuju tempat penampungan sebelum dikirim ke daerah sumber air seperti sungai atau bahkan langsung ke laut.

Sementara itu, multi purpose drainage merupakan saluran drainase yang dibuat untuk berbagai fungsi. Drainase nantinya digunakan untuk mengalirkan air hujan dan limbah hasil rumah tangga secara bergantian, sehingga tidak terjadi kontaminasi. Contoh penggunaan drainase multifungsi dapat ditemukan di saluran drainase milik perumahan.


2. Jenis drainase menurut asalnya

Saluran drainase menurut asal pembuatannya terbagi menjadi drainase alami dan buatan. Drainase alami tercipta dari aktivitas alam sendiri yang membentuk jalan air permanen dari pergerakan lempeng bumi atau gaya gravitasi. Contoh dari drainase alami adalah sungai atau danau, di mana saluran drainase buatan biasanya diarahkan ke daerah ini untuk membuang air yang sudah ditampung.

Sedangkan, drainase buatan merupakan drainase yang dibuat dengan campur tangan manusia untuk tujuan tertentu. Biasanya, saluran drainase dibuat untuk pengaliran air dari tempat tertentu, seperti perumahan atau drainase di dalam konstruksi bangunan.


3. Jenis drainase menurut letaknya

Jika dibedakan berdasarkan letak pemasangannya, drainase dibagi menjadi drainase permukaan dan drainase bawah permukaan. Drainase permukaan adalah drainase yang bisa ditemukan di daerah perumahan, di mana air yang menggenang di atas permukaan jalan akan langsung dialirkan ke daerah penampungan air.

Lalu, drainase bawah permukaan merupakan drainase yang dipasang di bawah permukaan dengan menyalurkan pipa air lewat bawah tanah. Drainase ini biasanya digunakan dengan mempertimbangkan alasan khusus seperti tuntutan estetika, maupun tuntutan fungsi pada permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran pada permukaan tanah, seperti lapangan sepakbola atau landasan pacu.


4. Jenis drainase menurut konstruksinya

Jika dilihat berdasarkan konstruksi saluran yang dibuat, drainase dibagi menjadi drainase terbuka dan drainase tertutup. Drainase terbuka merupakan drainase yang dibuat di area publik untuk mengalirkan air di wilayah luas, seperti taman. Sementara itu, drainase tertutup dibuat untuk mengalirkan air pada wilayah tertentu. Biasanya, air yang akan dialirkan mengandung zat berbahaya untuk manusia atau lingkungan sehingga harus dialirkan lewat aliran khusus.

Selain dari empat jenis tersebut, terdapat pula jenis drainase berdasarkan wilayah konstruksi. Drainase tersebut adalah drainase jalan raya, bandara, dan lapangan sepak bola. Ketiga jenis drainase tersebut memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk menambah kenyamanan pengguna area publik pada sekitar drainase agar tidak terganggu dengan adanya air hujan. Terutama landasan pacu untuk pesawat yang harus selalu kering, mengingat air hujan yang menggenang dapat menyebabkan pesawat tergelincir.


Pola-pola Jaringan Drainase

Drainase sendiri memiliki pola jaringan yang tergantung pada topografi daerah dan tata guna lahan kawasan tersebut. Jenis-jenis pola jaringan drainase adalah;


1. Pola alami

Pola drainase pertama mengikuti aliran air yang terbentuk secara alami. Pada pola ini, saluran cabang akan mengalir ke satu garis saluran alami yang langsung mengarah ke badan air. Bentuknya akan seperti pola siku dengan menitikberatkan beban pada badan air tujuan.


2. Pola siku

Pola berikutnya adalah pola drainase yang digunakan di daerah dengan permukaan tanah lebih tinggi dari badan air. Pada pola ini, saluran cabang air dibuat lurus ke arah saluran utama dan tiap saluran cabang membentuk seperti siku 90 derajat.


3. Pola jaring-jaring

Pola jaringan drainase berikutnya biasa digunakan di daerah dengan kontur tanah yang datar, seperti drainase di jalan raya. Pola jaringan antara saluran cabang dan saluran utama dibuat saling terhubung dengan saluran lainnya sehingga berbentuk seperti jaring.


4. Pola paralel

Pola paralel merupakan jaringan drainase yang biasa digunakan di daerah perkotaan, di mana saluran cabang disusun sejajar dengan saluran utama. Saluran cabang biasanya dibuat bercabang-cabang dan terdiri dari saluran kecil. Nantinya, saluran ini akan mengikuti perkembangan kota sehingga saluran air dapat disesuaikan.


5. Pola grid iron

Pola jaringan drainase grid iron digunakan di wilayah perkotaan yang memiliki badan air, seperti sungai di pinggiran kota. Nantinya, seluruh saluran cabang akan mengalirkan air ke saluran pengumpul sebelum dialirkan ke saluran utama. Barulah air akan dibawa oleh saluran utama ke badan air di pinggir kota.


Bentuk Penampang Saluran Drainase

Bentuk-bentuk untuk drainase tidak jauh berbeda dari saluran irigasi pada umumnya. Perancangan saluran harus diusahakan dapat membentuk dimensi yang ekonomis. Dimensi saluran yang terlalu besar berarti kurang ekonomis; sebaliknya, dimensi yang terlalu kecil akan menimbulkan permasalahan karena daya tampung yang kurang. Bentuk penampang saluran dalam drainase adalah seperti berikut ini.


1. Bentuk lingkaran

Bentuk penampang yang pertama adalah lingkaran. Biasanya, penampang berbentuk lingkaran digunakan untuk gorong-gorong di mana saluran terletak di dalam tanah.


2. Bentuk setengah lingkaran

Penampang dengan bentuk setengah lingkaran dipasang pada daerah pemukiman atau padat penduduk. Pemasangan penampang dengan bentuk tersebut bertujuan untuk menyalurkan air dalam debit kecil.


3. Bentuk persegi panjang

Penampang drainase dengan bentuk persegi panjang berfungsi untuk mengalirkan air dalam debit yang besar. Nantinya, saluran air akan berjalan secara pelan dengan fluktuasi yang kecil.


4. Bentuk segitiga

Penampang berbentuk segitiga berfungsi sebagai penampung dan penyalur air dengan debit kecil pada area kecil atau lahan yang terbatas.


5. Bentuk trapesium

Bentuk penampang trapesium dipasang pada daerah dengan jumlah lahan yang masih cukup besar. Penampang dengan bentuk ini berfungsi untuk menampung dan menyalurkan air dalam debit besar. Nantinya, sifat aliran akan mengalir terus menerus dengan fluktuasi yang kecil.


Contoh Drainase yang Baik

Drainase di sebuah daerah bisa disebut sebagai drainase yang baik ketika air atau limbah mengalir lancar tanpa hambatan. Hal tersebut bisa terlihat saat air tidak ada yang tergenang meski sedang mengalami curah hujan tinggi.

Selain itu, drainase yang baik juga idealnya menggunakan material yang sesuai dengan material pembuatnya. Contohnya, pada pembuatan gorong-gorong di area yang luas dan membutuhkan daya tahan beban tinggi, dipilih material beton karena lebih kuat untuk menahan beban area yang nantinya bisa dibangun area publik atau infrastruktur.

Drainase yang baik tidak hanya mampu mencegah terjadinya banjir, tapi juga mampu mencegah erosi tanah dan mengendalikan permukaan air tanah. Selain itu, drainase tersebut juga seharusnya dapat mencegah kerusakan jalan dan bangunan yang ada.

Sebuah drainase juga harus bisa digunakan dalam waktu lama hingga bertahun-tahun. Oleh karena itu, perencanaan pembuatan drainase harus dibuat berdasarkan pertumbuhan masyarakat di tempat drainase, dan bahan bangunan yang digunakan harus sesuai standar.

Lalu, sebuah drainase akan mendapat nilai lebih baik lagi bila menambah keindahan di tempat pemasangan. Artinya, di samping mengutamakan fungsi, pembuatan drainase juga idealnya perlu memperhatikan estetika atau keindahan lingkungan sekitar.

Masalah yang sering terjadi saat pemasangan drainase adalah peningkatan populasi penduduk. Hal itu dapat berakibat pada meningkatnya produktivitas limbah. Sistem drainase yang tidak siap mengikuti pertumbuhan populasi dapat menyebabkan terhambatnya drainase dan menyebabkan tergenangnya air limbah yang berbahaya untuk kesehatan.

Selain itu, sistem drainase juga dapat terhambat jika pengelolaan limbah tidak dikontrol dan langsung masuk ke saluran drainase. Limbah yang tidak diolah dengan baik dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan lahan saluran drainase. Akibatnya, saluran drainase tidak mampu mengalirkan air dengan baik dan menyebabkan sistem terganggu, sehingga menimbulkan genangan air di permukaan.

Nah, genangan air ini dapat meningkat menjadi banjir jika terjadi hujan dengan curah tinggi. Pasalnya, kemampuan drainase jadi berkurang drastis, sementara air yang datang terlalu banyak sehingga membutuhkan waktu lama bagi drainase untuk menyerap semua.

Lalu, faktor alam juga dapat memengaruhi lancarnya sistem drainase, seperti amblasnya tanah. Faktor ini dapat terjadi jika drainase dipasang di daerah dengan permukaan tinggi. Sehingga, begitu daerah ini diterpa curah hujan tinggi, tanah di sekitaran drainase dapat dengan mudah amblas dan mengganggu sistem drainase.

Terkadang, minimnya informasi dan koordinasi juga bisa menimbulkan masalah pada saluran drainase. Contohnya adalah ditemukannya pemotongan saluran penampang air basah atau penggalian saluran drainase, dengan pembuatan saluran baru seperti pemasangan pipa. Ditambah dengan minimnya kesadaran untuk melakukan pengolahan terhadap limbah, menyebabkan terhambatnya saluran drainase bisa mengakibatkan sejumlah efek negatif.

Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan sosialisasi tentang pengolahan limbah dan tidak langsung membuang limbah padat ke drainase karena dapat menghambat saluran. Sosialisasi ini dapat dilengkapi dengan tindakan tegas seperti sanksi jika ditemui masyarakat yang melakukan pelanggaran atau tidak melakukan pengolahan limbah kembali.

Selain itu, saluran drainase juga dapat dibuat dengan menambah penyaring sampah drainase. Sehingga, sampah dengan volume besar dan berpotensi menghambat saluran dapat disaring. Lalu, saluran drainase dapat disusun dengan membuat pengaturan tentang lintasan air agar dapat menampung air hujan yang datang sebelum dikirim ke badan air.

Bagaimana Cara Membuat Saluran Drainase?

Sebelum membuat drainase untuk mengalirkan air hujan ataupun limbah di rumah Anda, pastikan untuk mengecek kondisi dan kontur tanah di sekitaran rumah. Cek apabila terdapat bagian rumah yang tergenang air padahal tidak sedang hujan, lalu periksa ke mana aliran air dari saluran drainase. Hal itu harus dilakukan untuk mengetahui apakah drainase nantinya dapat tersumbat atau terhambat karena arah saluran yang tidak mengarah ke badan air, sehingga terjebak di satu tempat.

Lalu, pilihlah pipa saluran drainase yang akan digunakan agar pipa tersebut sesuai dengan jenis drainase di rumah Anda. Buat juga parit sebagai tempat menampung dan mengalirkan air agar tidak terjadi genangan air. Terakhir, Anda dapat membuat sumur resapan air sehingga air tidak hanya dialirkan ke badan air, namun juga diserap tanah.

Apa Saja Material yang Dibutuhkan dalam Proyek Drainase?

Dalam pembuatan saluran drainase, Anda membutuhkan non woven geotextile, geomembran, vertical drain, drainage material, dan geopipe. Non woven geotextile merupakan material geotextile dari benang filamen yang ditenun atau dianyam. Material ini cocok untuk pembuatan drainase karena sifatnya sebagai elemen pasif pengangkut cairan dan gas tanpa zat tambahan.

Lalu, geomembran merupakan material dengan tingkat permeabilitas yang kedap air dan tahan cairan asam, sehingga kerap digunakan dalam industri perairan seperti tambak hingga pembuatan bendungan. Penggunaan geomembran pada drainase dapat membantu mencegah kontaminasi air minum dari tanah dan polutan lainnya, serta mengurangi risiko merembesnya air dan mencegah terjadinya kebocoran.

Material selanjutnya yang digunakan untuk pembuatan drainase adalah geosintetik komposit yang biasanya dipakai untuk perancangan perbaikan tanah lunak berpermeabilitas rendah, yaitu vertical drain. Material ini digunakan sebagai pencegah pergerakan tanah saat air dialirkan ke bawah tanah, serta mencegah tertutupnya aliran drainase internal di bawah pengaruh tekanan dari internal.

Material terakhir, yaitu geopipe, sangat diperlukan karena terbuat dari bahan ramah lingkungan dan kedap air, sehingga air yang dialirkan tidak akan terkontaminasi zat berbahaya. Salah satu contoh geopipe yang sering digunakan untuk drainase adalah pipa HDPE. Selain terbuat dari zat yang ramah lingkungan, pipa ini juga kuat dan awet sehingga dapat digunakan hingga bertahun-tahun.

Demikian penjelasan tentang saluran drainase dan cara membuatnya. Agar drainase yang dibuat bisa digunakan untuk waktu lama, pastikan Anda menggunakan material drainase berkualitas baik hanya di Geosinindo.

Seluruh material yang tersedia di Geosinindo dibuat dari bahan baku dengan kualitas terbaik, namun memiliki harga relatif bersahabat. Segera hubungi Geosinindo untuk konsultasi dan pemesanan material drainase atau kunjungi Instagram Geosinindo untuk mengetahui produk unggulan lainnya!


bottom of page