top of page
  • Geosinindo Team

Memahami Penyebab Abrasi serta Pencegahannya dengan Geosintetik


Memahami Penyebab Abrasi serta Pencegahannya dengan Geosintetik

Abrasi merupakan fenomena yang sering terjadi di daerah dengan mayoritas perairan seperti Indonesia. Akibat dari abrasi yang tidak terkontrol mulai dirasakan dengan menyusutnya sejumlah garis pantai di Indonesia.


Garis pantai terbaru yang mengalami penyusutan adalah garis pantai Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara yang hilang sebanyak 17 km. Jika dibiarkan terus-menerus, akan banyak pihak yang akan terdampak akibat abrasi tersebut, terutama masyarakat


Oleh karena itu, diperlukan pencegahan efektif oleh pihak terkait untuk menanggulangi abrasi. Hal itu dilakukan agar tidak ada lagi garis pantai yang menyusut akibat dihantam abrasi laut. Dengan begitu, masyarakat yang tinggal di pesisir pantai tidak perlu khawatir lagi kehilangan tempat tinggalnya. Lantas, bagaimana pencegahan abrasi pantai yang sesuai?


Apa itu abrasi?

Menurut UU Nomor 24 tahun 2007, abrasi diartikan sebagai proses pengikisan pada pesisir karena adanya gelombang laut yang dapat merusak. Sementara itu, Prawiradisastra menjelaskan pengertian abrasi sebagai proses pengikisan pada pantai akibat gelombang laut.

Di sisi lain, Yuwono menerangkan bahwa abrasi adalah proses pengikisan pada batuan, seperti tebing batu dan dinding, yang sering mengalami longsoran dan runtuhan pada material. Abrasi adalah proses pengikisan yang terjadi ketika material di daratan terangkut habis dan terbawa oleh air laut dari waktu ke waktu. Intensitas abrasi tergantung pada kekerasan, konsentrasi, kecepatan dan massa partikel yang bergerak.


Jenis-jenis abrasi

Abrasi sendiri terbagi menjadi tiga, yaitu abrasi pantai, abrasi angin, dan abrasi batu. Berikut penjelasan masing-masingnya.


Abrasi pantai

Abrasi pantai terjadi sebagai akibat dari dua permukaan yang bergesekan satu sama lain, sehingga mengakibatkan ausnya salah satu atau kedua permukaan tersebut. Pada kasus ini, daratan menjadi terkikis seiring waktu karena terus bergesekan dengan permukaan air. Proses abrasi terjadi ketika hembusan angin yang kuat menerpa permukaan laut.

Hal tersebut berakibat pada gelombang laut yang menghantam ujung pantai dengan kecepatan tinggi. Gelombang dengan kecepatan tinggi tersebut dapat mengguncang tanah di sekitar daerah guncangan hingga mengakibatkan lepasnya material tanah ke lautan.


Namun, kerusakan tidak langsung terjadi dalam waktu cepat. Biasanya, material tanah akan terkikis sedikit demi sedikit sampai air laut dapat menjangkau daratan lebih jauh, hingga akhirnya daratan tersebut berubah menjadi bagian dari lautan.


Abrasi jenis ini dapat mengancam struktur atau infrastruktur di garis pantai, dan dampaknya kemungkinan besar akan meningkat seiring pemanasan global yang menambah kenaikan muka air laut.


Tanggul laut kadang-kadang dibangun sebagai cara mencegah abrasi, tetapi di banyak lokasi, solusi konvensional seperti tanggul laut semakin ditentang. Sehingga, pemeliharaannya mungkin menjadi tidak berkelanjutan karena sejumlah faktor seperti perubahan iklim.


Abrasi angin

Sementara itu, abrasi angin sering terjadi di daerah pegunungan di mana angin sering berhembus dengan kecepatan tinggi. Akibatnya, bebatuan yang menjadi penyokong tanah mulai terkikis dan jatuh ke bawah. Hal tersebut dapat terjadi terus-menerus sampai daratan habis. Risiko ini dapat dikurangi dengan memperkuat struktur tanah di tempat pemukiman lewat penggalian ulang, lalu menambahkan tanah dari tempat lain.


Dengan begitu, struktur tanah akan jadi lebih kompleks dan kuat sehingga tahan dari hembusan angin yang kencang. Jadi, masyarakat yang tinggal di daerah tersebut tidak perlu khawatir dengan abrasi angin karena kemungkinan tanah akan terkikis menjadi lebih kecil.


Abrasi batu

Abrasi batu biasanya terjadi di daerah gurun yang punya banyak kandungan batu dan pasir. Abrasi batuan terjadi ketika batuan saling bertabrakan atau bergesekan satu sama lain. Jika tabrakan antar-batu cukup kuat, hal tersebut dapat menyebabkan bongkahan batu pecah menjadi dua atau lebih.


Nah, dari ketiga jenis abrasi tersebut, bisa dikatakan bahwa abrasi pantai paling sering terjadi di Indonesia. Tercatat, telah terjadi 44 kali bencana abrasi pantai di Indonesia hingga akhir tahun 2021. Abrasi paling parah terjadi di Demak dan Bali pada tahun 2021. Di demak, abrasi menghilangkan tanah hingga 2.000 hektar dan memundurkan kawasan pemukiman sampai 5 km.



Sementara itu, abrasi yang terjadi di Bali sudah sampai ke tingkat mengkhawatirkan karena air laut sudah dapat menjangkau trotoar jalan raya. Hal tersebut bukanlah hal main-main mengingat banyak masyarakat Indonesia yang berprofesi sebagai nelayan, tinggal di pesisir pantai.


Jika dibiarkan terus-menerus, akan banyak masyarakat yang harus meninggal daerah pantai karena kehilangan tempat tinggal. Akibatnya, bukan tidak mungkin Indonesia akan kehilangan pendapatan lewat hasil laut karena berkurangnya profesi nelayan.


Apa penyebab abrasi?

Terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Detail ulasannya adalah sebagai berikut;


1. Faktor alam

Umumnya, abrasi karena faktor alam sulit dihindari karena akan terus terjadi. Namun, abrasi akibat faktor alam dapat dikendalikan lewat pencegahan yang tepat. Sehingga, abrasi yang seharusnya terjadi dalam waktu dekat dapat diundur dalam waktu sangat lama.

Jadi, dalam kurun waktu tersebut, pihak terkait dapat memikirkan cara menghentikan abrasi akibat faktor alam secara total tanpa harus merusak lingkungan alam sekitar. Pada abrasi yang terjadi di pantai, sejumlah faktor yang bisa menyebabkan abrasi adalah gelombang laut, angin di atas lautan, pasang surut air laut, serta arus laut yang sifatnya merusak.


Hal tersebut sulit dihindari karena laut memiliki siklus tersendiri yang tidak dapat diprediksi. Belum lagi jika terjadi bencana alam seperti tsunami; gelombang air laut yang tinggi dan cepat dapat menghantam daratan dan melepaskan sejumlah material dalam waktu singkat. Hasilnya, sering kali sejumlah daratan yang terkena dampak akan berubah menjadi daerah perairan sebagai akibat tsunami tersebut.



2. Faktor manusia

Abrasi juga dapat terjadi akibat faktor manusia yang kurang hati-hati menjaga lingkungan di sekitar daerah rawan abrasi, terutama di daerah pantai. Abrasi pantai sering terjadi akibat aktivitas manusia, seperti eksploitasi secara berlebihan pada ekosistem laut yang biasanya menjadi garda pertama dalam menahan terjadinya abrasi.


Ketidakseimbangan tersebut akan membuat gelombang laut lebih mudah mengarah menuju pesisir pantai sehingga rentan terjadi abrasi. Salah satu aktivitas yang memberi dampak paling besar adalah penambangan pasir. Jika dilakukan secara berlebihan, akibatnya dapat menguras pasir laut.


Kondisi tersebut bisa memengaruhi kecepatan serta arah air laut yang akan menuju kawasan pantai secara langsung. Air laut akan lebih mudah menuju pesisir pantai apabila tidak terdapat pasir, sehingga abrasi akan semakin mudah terjadi.


Selain itu, kegiatan manusia seperti pendirian pemukiman, pabrik, hingga kegiatan lainnya dapat merusak daerah sekitar pantai, terutama pohon mangrove. Kawasan mangrove yang memiliki sistem akar kompleks dapat menahan terjangan ombak. Sehingga, air yang sampai ke bibir pantai hanya gelombang kecil dan tidak akan melepaskan material di tanah.


Dampak abrasi

Terdapat sejumlah dampak yang terjadi sebagai akibat abrasi secara terus-menerus tanpa adanya pencegahan secara cepat. Dampak yang dapat terjadi di antaranya adalah;


1. Luas daratan atau pulau akan berkurang

Akibat terkikisnya material tanah akibat gelombang air, maka luas daratan dan pulau lama kelamaan akan berkurang karena tenggelam dan menjadi bagian dari perairan. Jika hal tersebut dibiarkan, daratan tersebut akan tenggelam sepenuhnya.

Hal seperti ini sudah terjadi di daerah Jakarta Utara, di mana daerah tersebut diprediksi akan tenggelam. Kondisi tersebut terjadi karena daratan di Jakarta Utara sudah satu level dengan perairan sebagai akibat dari abrasi parah.


2. Topografi pantai menjadi terjal

Terkikisnya daratan secara perlahan juga dapat mengubah daerah topografi pantai menjadi berbentuk bukit-bukit terjal. Bukit terjal ini umumnya berbentuk curam dan licin sehingga membahayakan masyarakat atau pengunjung pantai. Daerah terjal tersebut juga dapat mengurangi keindahan pantai sehingga menurunkan minat masyarakat untuk mengunjungi pantai.


3. Tiang dermaga sedikit demi sedikit akan terkikis atau mengalami korosi

Akibat gelombang laut yang menghantam daratan tanpa adanya hambatan, hal tersebut dapat berdampak pada terkikisnya tiang dermaga akibat korosi. Korosi yang terjadi dengan cepat dapat membahayakan karena tiang tersebut dapat roboh sewaktu-waktu karena harus menahan beban yang terlalu berat.


4. Rusaknya tanggul laut akibat dasar tanggul yang terabrasi dan terkikis

Tanggul laut merupakan tembok berbentuk lurus maupun miring, yang biasanya dibuat untuk menahan hantaman ombak agar tidak langsung menjangkau daratan. Namun, jika ombak tersebut selalu datang dengan kecepatan tinggi secara terus-menerus, tanggul tersebut akan terkikis dalam waktu cepat. Jika tanggul rusak, abrasi akan terjadi dan daratan bisa ikut terkikis karena tidak ada lagi penahan ombak laut untuk menjangkau daratan secara langsung.


5. Berubahnya fungsi pantai

Berubahnya fungsi pantai juga merupakan akibat abrasi yang tidak terkontrol. Pantai yang seharusnya menjadi tempat hiburan masyarakat, atau menjadi dermaga para nelayan, harus berubah menjadi tempat mencegah ombak laut. Biasanya, pantai yang beralih fungsi tersebut tidak dapat lagi dikunjungi masyarakat karena mayoritas tanahnya sudah menjadi daerah perairan dan berbahaya jika dikunjungi.

Sehingga, pantai tersebut akan menjadi tempat dibangunnya tanggul laut atau menjadi kawasan hutan mangrove untuk mencegah terjadinya abrasi pantai yang berkelanjutan. Hal tersebut bukan pertanda baik karena artinya, sejumlah daratan sudah menghilang dan termakan air sebagai akibat abrasi.


6. Habitat flora dan fauna menghilang

Seperti yang diketahui, sejumlah flora dan fauna menjadikan bibir pantai sebagai habitat dan tempat berkembang biak. Jika bibir pantai hilang akibat abrasi, flora dan fauna tersebut bisa ikut menghilang karena harus berpindah ke tempat lain. Kemungkinan terburuknya, flora dan fauna akan punah sepenuhnya dari tempat tersebut karena gagal berkembang biak dan mencari habitat yang baru.


7. Merusak hutan bakau

Kawasan hutan bakau atau mangrove merupakan tanggul alami untuk mencegah terjadinya abrasi. Akan tetapi, kawasan hutan tersebut dapat rusak dalam waktu dekat jika selalu menerima hantaman ombak. Pada akhirnya, kawasan hutan dapat mengalami kerusakan dan dibutuhkan waktu lama bagi pohon tersebut untuk tumbuh kembali.


8. Terbentuknya bentang alam baru

Abrasi pantai juga dapat menimbulkan efek negatif berupa terbentuknya bentang alam baru. Abrasi yang terjadi terus-menerus dan melubangi daratan bisa menimbulkan terjadinya gua. Gua tersebut akan semakin dalam jika abrasi di suatu daerah terus terjadi.

Selain itu, dataran abrasi juga dapat terbentuk sebagai akibat dari abrasi berkelanjutan. Dataran abrasi merupakan daratan yang telah tenggelam karena ketinggiannya lebih rendah daripada permukaan air. Daratan tersebut dapat dilihat saat air surut dan akan kembali tenggelam saat air sedang pasang.


Lalu, bagaimana cara mencegah abrasi?

Terdapat sejumlah cara yang dapat dilakukan guna mencegah terjadinya abrasi. Cara-cara ini bisa dilakukan baik secara alami maupun buatan.


1. Cara mencegah abrasi secara alami

Penanaman kawasan hutan bakau

Salah satu cara mencegah abrasi secara alami adalah lewat penanaman kawasan hutan bakau atau mangrove. Pohon bakau atau mangrove adalah jenis pepohonan yang akarnya dapat masuk ke dalam air pantai. Selain itu, akarnya yang banyak dan kompleks dapat membentuk tembok alami untuk mencegah hantaman ombak.


Biasanya, pohon bakau ditanam mengikuti garis pantai untuk sekaligus membatasi daerah air dengan daerah pantai yang berpasir. Hal tersebut bermanfaat untuk masyarakat agar mengetahui area mana yang tidak dapat dipijak kembali.


Penanaman pohon bakau atau mangrove sangat bermanfaat dalam pencegahan abrasi mengingat pohon ini akan berkembang biak secara masif dan membentuk kawasan hutan secara alami. Selain itu, pohon mangrove juga dapat menjadi kawasan habitat sejumlah fauna untuk berkembang biak. Habitat fauna tersebut juga nantinya akan berperan penting dalam mengurangi kecepatan ombak untuk sampai ke daratan.


Pemeliharaan terumbu karang

Selain penanaman pohon bakau, pencegahan abrasi juga bisa diterapkan melalui pemeliharaan terumbu karang. Selain memberikan estetika terhadap keindahan bahwa laut dan menjadi tempat berkembangnya biota laut, terumbu karang berfungsi sebagai pemecah gelombang. Dengan begitu, pemeliharaan terumbu karang sangat berguna untuk mengurangi dampak abrasi yang berkepanjangan.


Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberi batasan kapal yang melintas agar tidak merusak terumbu karang, menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan wisata, sampai pengecekan kesehatan terumbu karang secara rutin.


Pelarangan penambangan pasir

Cara mencegah abrasi secara alami yang berikutnya adalah dengan melarang kegiatan penambangan pasir di daerah pantai. Seperti yang diketahui, sejumlah perusahaan konstruksi sering melakukan pengerukan pasir di daerah pantai karena kandungan pasir yang bagus dan melimpah.


Sayangnya, pengerukan secara besar-besaran dapat menyebabkan terkikisnya daratan di sekitar bibir pantai. Diperlukan kandungan pasir yang sesuai untuk dapat memperlambat kecepatan ombak saat menjangkau bibir pantai. Jika pasir tersebut habis, air laut dapat mengikis daratan dengan cepat.


2. Cara mencegah abrasi secara buatan

Cara mencegah abrasi juga dapat dilakukan secara buatan atau melibatkan campur tangan manusia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat tanggul alami menggunakan geosintetik. Geosintetik merupakan material proyek yang terbuat dari bahan sintetik atau polimer, yang biasa digunakan untuk memperkuat medan bangunan. Penggunaan geosintetik dapat berguna untuk mencegah terjadinya abrasi dengan menghambat hantaman ombak.

Geosintetik merupakan material yang cocok untuk mencegah abrasi karena selain kuat, geosintetik yang juga terbuat dari campuran gabion, geotekstil, dan matras ini efektif untuk menjaga kestabilan tanah, bahkan jika diguyur hujan lebat atau dihantam ombak dengan kecepatan tinggi sekalipun.


Selain itu, geosintetik juga dapat menjadi alat drainase yang baik. Sehingga, air dapat dialirkan kembali ke badan air tanpa mengambil material tanah. Dengan begitu, terjadi keseimbangan antara interaksi tanah dan geosintetik, serta memungkinkan aliran yang memadai selama masa pakai layanan. Hal tersebut terbukti dengan pemakaian geosintetik pada pembangunan sarana waduk atau tanggul, di mana bangunan tersebut bersentuhan langsung dengan perairan.


Geosintetik pun dipilih sebagai material untuk mencegah abrasi karena kemampuan filtrasinya dalam menyaring material-material yang sudah terbawa air. Dengan begitu, material daratan tidak akan terbawa oleh air laut dan dapat tertahan. Bahannya yang kedap air juga dapat mencegah material tersebut kembali ke badan air akibat guyuran hujan deras.


Biasanya, material geosintetik yang digunakan untuk mencegah abrasi adalah geotube dan geomat. Geotube merupakan material berbentuk seperti bantal yang terbuat dari jahitan kain geotekstil woven atau nonwoven. Nantinya, bantal ini akan diisi dengan campuran tanah dan batu yang dihancurkan. Geotube nantinya akan ditaruh berjejer di daerah pantai dalam jumlah banyak dengan ketebalan yang berbeda.


Geotube sangat berguna untuk mencegah abrasi pantai karena dapat memecah gelombang serta memperkuat tanah di sekitar bibir pantai. Dengan begitu, ombak yang datang akan menghantam geotube terlebih dahulu. Sehingga, hanya ombak kecil saja yang menjangkau daratan dan tidak cukup kuat untuk mengikis material daratan.

Selain itu, material geotube yang terbuat dari polimer ini bersifat tahan lama dibandingkan kantong biasa. Sehingga, geotube dapat digunakan dalam waktu lama selama pengecekan rutin terus dilakukan. Jadi, geotube yang sudah mulai rusak dapat diganti dengan yang baru.

Dengan begitu, material ini dapat menahan ombak laut agar tidak mengikis tanah di daratan secara terus-menerus. Kedua material ini dapat Anda pesan di Geosinindo yang menawarkan harga bersahabat, namun tetap berkualitas tinggi. Segera pesan geotube melalui website Geosinindo, atau kunjungi Instagram Geosinindo untuk melihat material konstruksi lainnya.


bottom of page